Rabu, 28 Desember 2011
Minggu, 25 Desember 2011
Cinta Pertama yang Tak Pernah Pudar
Dia cinta pertamaku
Wisnu Pramata, pria berjas putih, sedang berdiri di hadapanku, tampak menggairahkan dengan sikapnya yang santai. Senyumnya lebar dan mengundang, matanya yang kecoklatan bersinar ramah. Rambutnya yang berwarna hitam, sedikit acak-acakan seolah hanya disisir dengan jari tangannya, tapi ia tetap seksi. Ia memakai celana coklat dan kemeja polo biru di balik jas putihnya, tak mampu menyamarkan badannya yang tegap dan berotot. Penampilan rapinya sekarang semakin mematangkan ketampanan Wisnu.
Suaranya berat, tetapi ucapannya lembut dan mendayu-dayu. Ada perhatian yang menghangatkan ketika sepasang mata Wisnu menatap dirinya. Rasanya tubuh yang lemah ini semakin tak berdaya melihatnya.
Walaupun Sophia berusaha menekan perasaannya, seketika gejolak hasrat masa lalu kembali menguasai dirinya. Persetan! Apa sih yang dimiliki pria ini sehingga mampu mengembalikan semua kenangan itu, kembali membuat darahnya mengalir lebih cepat, membuat kepalanya semakin terasa berputar-putar seperti ini?
“Sophi? Ini kamu kan?” suara tanya itu sekali lagi terdengar. Sophia mengerjapkan matanya, tersadar kalau dia masih berdiri di sisi tempat tidur menunggu jawabannya.
Tersenyum, tersenyumlah Sophia. Dan seulas senyum tergambar di bibir Sophia, ia mengangguk lemah. Untunglah kepala pusing ini bisa menyembunyikan perasaaan, ketertarikan secara fisik pada pria yang bernama Wisnu.
“Trombositmu terlalu rendah untuk bisa pulang, Soph. Kau harus dirawat di sini dulu, adakah orang yang bisa kami hubungi?” pertanyaan itu kembali muncul. Sophia berusaha membuka matanya, mengalihkan pandangan ke arah tas yang tergeletak di atas kepalanya. Seorang suster mengerti maksudnya, ia membantu Sophia mengambilnya. Sementara terlihat Wisnu berdiri di sisi suster itu.
“Sus, tolong… telepon… Mama saya… saja. Di handphone… saya… tertulis… Mama,” bisik Sophia lemah. Ia kembali memejamkan mata, satu-satunya cara mengurangi sakit di kepalanya dan menyembunyikan perasaannya.
Dia ada di sini untuk merawatmu, Soph. Bukan untuk bermimpi lagi. Kamu sakit, dan hatimu sedang lemah seperti dirimu saat ini. Lupakan, kebetulan saja dia dokter di sini. Kebetulan saja tadi kamu pingsan di kantor dan harus dibawa kemari. Dia hanya mantan teman dari masa lalu, bukan siapa-siapa juga bukan pangeran yang pernah kau impikan menjadi kekasih hatimu selamanya.
“Istirahatlah, Soph. Kami akan merawatmu. Kami akan menghubungi Mamamu,” suara lembut Wisnu kembali membelai hati… tidak, dia benar-benar sedang membelaiku. Tangannya menggenggam jemari Sophia, terasa dingin menyejukkan kulit tubuhnya yang sedang panas. Sophia menghela nafas, merasa tenang dan tertidur bersama mimpinya yang kembali. Mimpi yang dulu menemaninya lama sekali dalam setiap tidurnya, menyalakan keinginan yang tersimpan dalam sudut hati yang paling dalam. Cinta pertama yang tak pernah pudar.
***
Dia gadis pertama yang menguasai hatiku
Sophia Arabella, gadis yang sedang terbaring di salah satu tempat tidur Ruang Unit Gawat Darurat itu adalah sahabatnya di masa lalu. Wajahnya masih secantik dulu walaupun kini terlihat pucat dan lebih tirus. Dia memang terlihat lebih kurus. Namun sepasang mata bening hitam besar itu masih seperti dulu, polos dan selalu menyembunyikan kesedihan. Suaranya lemah, mungkin karena sakitnya. Wisnu harus mengulang beberapa kali setiap kali berbicara. Gadis itu terlalu sakit untuk menyadari kegugupan yang melanda Wisnu sejak tadi suster menyodorkan rekam medik darurat Sophia.
Tanpa sadar, tangan Wisnu menggenggam jemari Sophia yang terasa panas. Maafkan aku, Sophia. Seharusnya aku lebih memikirkan bagaimana bersikap seperti layaknya dokter yang sedang merawatmu. Bukannya malah berkhayal yang tidak-tidak seperti tadi.
“Keluarga nona Sophia sudah dihubungi, Dok. Mereka akan segera datang,” ucap seorang perawat sambil memasukkan kembali handphone milik Sophia ke dalam tasnya. “Dari pihak kantor juga masih ada di sini. Dokter mau bicara sama mereka?”
Wisnu mengangguk, ia melepaskan jemari Sophia. Melangkah keluar, mencari-cari dua teman kerja Sophia yang tadi mengantarkannya. Seorang pria berambut ikal, berkacamata minus, tinggi besar dan berwajah tampan. Yang lain, seorang perempuan yang mengenakan jilbab warna pink, bertubuh sedikit lebih gemuk, sama tingginya dengan Sophia dan wajahnya bulat telur bersih. Keduanya langsung berdiri dari tempat duduk mereka saat melihat kedatangan Wisnu.
“Kemungkinan besar Sophia terkena Demam Berdarah dan dia harus dirawat di sini. Tadi kami sudah menghubungi keluarganya… mmm Ibunya. Jadi mohon dibantu proses administrasi kamarnya, supaya kami bisa segera memindahkannya ke ruang perawatan,” kat Wisnu. Kedua teman kerja Sophia mengangguk-angguk. Lalu Wisnu pamit kembali ke ruang UGD.
Wisnu melintasi tempat tidur Sophia saat kembali ke ruang kerjanya. Tapi kepalanya seakan tak mampu menghapus godaan untuk berpaling menatap Sophia. Dan ia melakukannya, sekali lagi ia tak bisa mengelak, Sophia dan khayalan manisnya kembali memenuhi hati Wisnu. Sekian kali, cinta itu kembali menyala di sudut hati Wisnu. Cinta pertama yang tak pernah pudar.
***
Sophia selalu tertidur, bukan karena ia memang tidur tapi karena Sophia memilih cara itu sebagai cara menghindari kedatangan Wisnu yang rajin mengecek perkembangannya setiap hari. Sophia sadar ia terlalu takut untuk membuka matanya, ia terlalu takut matanya tak mampu menyembunyikan gejolak hatinya. Sophia takut bibirnya tak mampu bertahan, ia takut bibirnya tak mampu lagi mendustai keinginannya. Sophia terlalu takut untuk tetap bangun saat Wisnu hadir.
“Eh sudah bangun, nak? Tadi dokter Wisnu datang. Katanya besok kamu sudah boleh pulang. Akhirnya setelah hampir seminggu. Ini Mama mau telepon Papa biar diurus administrasinya. Kamu tiduran saja, biar lebih sehat, “ ujar Mama saat melihat Sophia membuka mata. Sophia tersenyum. Mama berjalan keluar sambil menenteng handphonenya. Saluran telepon seluler memang kurang baik saat berada di ruangan, jadi setiap kali menelepon Mama selalu keluar dan mencari ruangan yang lebih terbuka.
Sophia mengangkat tubuhnya. Infus sudah dilepaskan darinya, jadi ia bebas turun dari tempat tidurnya dan duduk di sofa. Ia menatap keluar jendela kamar yang terletak di lantai teratas gedung rumah sakit itu.
Akhirnya Sophia kembali pada kenyataan. Pada hidupnya yang dulu, rutinitas yang sama yang mengikis mimpi-mimpinya pelan-pelan. Sama seperti seminggu lalu, sebagai seorang sekretaris dari perusahaan yang membawahi beberapa pabrik makanan dengan kesibukan yang menyita setengah dari isi kepalanya, hampir seluruh waktunya dan dari kehidupan sosialnya. Satu-satunya pria yang akan mengurusnya mungkin cuma Tobian, lelaki yang sama yang mengantarnya saat ia pingsan ke rumah sakit itu. Dan mungkin akhirnya, Sophia hanya bisa menyandarkan semua pada Tobian. Pria yang tak pernah berhenti mengumbarkan cinta pada Sophia sejak pertama kali mereka bertemu. Tobian mungkin bukan orang yang dicintai Sophia, tapi ia memahami Sophia. Sophia bisa belajar perlahan-lahan mencintai Tobian.
“Maaf, Bu… tadi… “ suara yang tiba-tiba memasuki ruangan itu menghempaskan Sophia kembali ke bumi. Terlihat Wisnu berdiri di depan pintu, ragu melangkah mendekat saat melihat Sophia duduk di sofa menatapnya kaget, “Kau sudah bangun, Soph?” tanyanya.
Dan semua kembali lagi, Sophia menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Ia mengangguk pelan, menurunkan kedua kakinya yang tadi ikut naik ke atas sofa. Ada semburat malu membayang di pipi Sophia. Pasti dia tahu tadi aku berpura-pura tidur.
“Memang beda melihatmu kalau lagi tidak tidur. Kelihatan lebih segar,” ujar Wisnu. Senyumnya kembali mengembang, dia memilih bersandar setengah duduk di tepi tempat tidur. “Aku lupa memberitahu Mamamu kalau besok aku sudah akan pergi. Kalau bisa semua dibereskan hari ini saja,” sambung Wisnu.
Mata Sophia menatap Wisnu tajam. “Pergi? Ke mana?”
Wisnu menunduk sesaat sebelum kembali mendongak, berusaha menyembunyikan galau hatinya. “Ke rumah Ibu, ke Semarang. Pesawat pertama, besok pagi,” jawab Wisnu. Ia tampak begitu serius.
Sophia tak mampu menyembunyikan kekecewaannya. “Ya udah, nanti aku kasih tahu Mama,” ucap Sophia, lalu kembali mengalihkan pandang keluar jendela.
Bukannya bangkit berdiri dan meninggalkan Sophia. Wisnu justru memilih tetap duduk di kamar itu. Ada yang mengganggu hatinya, dulu dan sekarang. “Apa aku punya salah sama kamu, Soph?” tanya Wisnu. Sophia kembali menoleh, menatap Wisnu.
Senyum yang muncul terlihat begitu dipaksakan. “Tidak. Tidak ada, aku berterima kasih karena kamu merawatku dengan baik selama seminggu ini. Memangnya aku kelihatan marah?” tanya Sophia balik.
“Bukan sekarang, tapi dulu Sophia. Kau menghilang tanpa jejak, tak pernah lagi datang dan aku tak menemukanmu di kampus lagi, “ keluh Wisnu.
Sophia kembali tertawa kecil. “Benarkah? Bukannya kamu yang tak pernah mencari tahu ke mana aku pergi?” Sophia berdiri, membuka laci di meja samping tempat tidur. Ia mengambil handphone dan kembali duduk. “Sekarang teleponlah aku.”
Wisnu menatap Sophia bingung. “Aku tak tahu nomor handphonemu, Soph.”
“Itulah kebodohanmu, Wis. Aku tak pernah mengganti nomor teleponku satu kalipun. Aku tak pernah menggantinya karena aku pikir suatu hari kamu akan meneleponku, bertanya di mana aku. Enam tahun, Wisnu… enam tahun aku tak pernah terpikir untuk menggantinya karena selalu berharap kamu menghubungiku satu kali saja, “ Sophia berkata panjang lebar. Ia terduduk lunglai setelah meluapkan emosinya yang telah lama tersembunyi. Tangannya menjatuhkan handphone ke atas pangkuannya sebelum menutup wajahnya yang kini basah oleh airmata. Ia tak sanggup lagi menyembunyikan amarah.
Wisnu termangu. Shock melihat emosi yang jelas tertangkap di kata-kata tajam Sophia. Emosi yang membuat ia mulai merasa bersalah. Emosi yang jelas mengungkapkan kekesalan hati yang terpendam sekian lama. Dan semua karena ia terlalu takut. Terlalu takut untuk melukai hati Sophia yang justru menorehkan luka yang dalam.
Wisnu berdiri. Ia duduk di sisi Sophia, mengulurkan tangannya menyentuh bahu Sophia. “Maaf, Soph. Aku.. aku takut membuatmu berharap. Dulu aku bukan siapa-siapa, aku hanya orang biasa. Kamu… cahaya kamu terlalu terang buatku saat itu. Aku takut, mereka semua menuduhku menggunakan cahayamu itu untuk menerangi hidupku yang gelap,” ungkap Wisnu ragu.
Sophia menyentakkan kepalanya untuk menatap Wisnu tak percaya. “Takut? Karena takut mendengar tuduhan orang, kamu tega ninggalin aku? Kamu tega membiarkan aku berpikir kalau kamu sudah gak peduli sama aku?” sergah Sophia kasar lalu ia berdiri dan kembali berbaring. “Pergilah! Pergilah ke manapun kamu suka! Sekarang juga! Selamanya!” Sophia berbalik dan memunggungi Wisnu. Bahunya berguncang, menangis.
Wisnu berdiri, kembali mendekati tempat tidur. Rasa sedih meliputi hatinya. “Aku minta maaf untuk semuanya, Soph. Aku sungguh-sungguh. Aku akan mencarimu setelah aku menyelesaikan studiku. Aku datang ke rumahmu, tapi semua sudah pindah. Aku tak terpikir meneleponmu, itu saja,”
Tak ada jawaban. Hanya kebisuan memenuhi ruangan itu.
“Pergilah, Wis. Aku ingin tidur.” Terdengar gumam lirih Sophia. Wisnu mengangguk. Dia memang harus pergi. Sophia masih terlalu marah padanya. Tak mungkin menjelaskan kesalahpahaman selama enam tahun dalam enam menit. Walaupun hatinya masih ingin terus bersama Sophia. Biarlah nanti sepulangnya dari cuti ia akan kembali menghubungi Sophia, pasti ada alamat Sophia terdaftar di data rekam medik rumah sakit. Sophia perlu waktu untuk memaafkannya, seperti juga dirinya sendiri.
Wisnu melangkah keluar, melangkah gontai. Sophia menatapnya sedih, sebuah bros berkilat di tangannya. Hadiah ulang tahun yang paling disayanginya. Hadiah terakhir dari Wisnu.
***
“Dok, ada kado dari pasien anda,” kata salah satu suster yang bertemu dengan Wisnu di hari pertamanya setelah libur cuti selama seminggu. Wisnu tersenyum. Paling-paling juga tanda terima kasih dari pasien-pasiennya.
“Hehehe, dokter Wisnu masih lajang dan ganteng. Wajar saja kalau jadi favoritnya pasien,” suara dokter Bambang menggoda membuat Wisnu tertunduk malu. Dia segan menanggapi gurauan dokter Bambang, seniornya yang dulu juga pernah menjadi salah satu pembimbingnya saat masih menjadi co-ass.
“Ibu anda apa kabar, dok?”
Wisnu mengangguk. “Beliau sehat, dok. Ibu kirim salam buat dokter,” jawab Wisnu. Dokter Bambang mengangguk-angguk, sebelum mendahului Wisnu masuk ke dalam kantor. Wisnu menyusulnya.
Wisnu beranjak mendekati meja kerja. Tampak sebuah kotak berwarna biru putih tergeletak di atas mejanya. Ia duduk dan membukanya. Secarik kertas dan sebuah bros mungil berbentuk bintang tersusun rapi di dalam kotak itu. Wisnu mengambil kertas itu dan mulai membacanya.
Dokter Wisnu yang baik,
Saya ingin mengembalikan bros pemberian anda untuk putri saya
Terima kasih karena kemarin telah merawatnya dengan baik selama dia sakit.
Saya sungguh minta maaf karena tak sanggup menyampaikan rasa terima kasih ini sendiri
Sophia mengejar anda, Dokter Wisnu. Ia ingin sekali menyampaikan kalau ia masih mencintai anda. Saya begitu bodoh membiarkan dia pergi pagi itu dan meninggalkan rumah sakit menuju bandara. Saya ikut mendengar percakapan anda sehari sebelumnya dan saya juga yang meminta Sophia memaafkan anda. Dia berniat menunjukkan bros mungil pemberian anda dulu sebagai bukti kalau cintanya pada anda masih ada.
Taksi Sophia mengalami kecelakaan di jalan tol. Saat saya bertemu dia, Sophia sudah pergi.. Dokter. Bros ini masih berada dalam genggamannya.
Saya tak ingin menyalahkan siapapun termasuk anda. Semua karena memang takdir Allah, yang tergores di hidup saya dan Sophia. Sophia mungkin terlalu tergesa-gesa hingga memaksa supir taksi melaju sedemikian kencang. Saya hanya berharap anda mengenang Sophia, mengenang cintanya yang besar dan dalam.
Terima kasih sekali lagi untuk segalanya.
Mama Sophia Arabella.
Tangan Wisnu bergetar hebat, bahunya terkulai lemas. Sophiaku, Sophia yang begitu cantik telah tiada. Kenapa Sophia harus mengejarnya? Kesedihan menerpa hati Wisnu. Ia tak mampu lagi tegar dan berpura-pura tegar. Wisnu menangis, menangis dalam penyesalan. Cinta pertama yang tak pernah pudar itu telah pergi, menorehkan kenangan abadi, meninggalkan penyesalan karena ia tak pernah berani berterus terang.
Minggu, 20 November 2011
3 month with 3 word
Apa aku cukup berarti bagimu sekarang dan nanti?
Kenapa bisa begitu?
Apa yang kurang buat mu dari diriku?
Apa mungkin aku terlalu berlebihan?
Atau mungkin aku malah terlalu cuek padamu?
Dimana saja letak kesalahanku?
apa yang harus aku perbaiki?
Apa semuanya harus begitu sempurna?
3 bulan bukan perjalanan yang sangat singkat buatku. Ini adalah hal terpanjang yang pernah aku tempuh berasama seseorang yang sangat berarti buatku. Tapi 3 bulan pun terlalu cepat dibanding kan 12 bulan. Apa yang telah kita lalui bersama-sama adalah hal yang what we fighting for nantinya. Karena dengan itu pula kita telah melewati masa-masa sulit bersama-sama. Aku percaya masih ada penghalang, masalah-masalah yang akan menguji kebersamaan dan kepercayaan diantara kita nantinya. Seberapa kuat kita akan bertahan tergantung hati dari masing-masing. Aku percaya Allah SWT udah menuliskan jalan cerita kita nantinya dan aku percaya, bahwa semua skenario yang telah dibuat itu adalah yang terbaik untuk kita. Aku percaya akan hal itu. Untuk itu aku gak mau nyia-nyiain waktuku sama kamu.
Terimakasih untuk kebahagiaan yang telah kamu kasih buat aku, terimakasih untuk kesedihan yang aku selalu aku syukuri, terimakasih untuk semua pengorbanan yang kamu relain demi aku, terimakasih semua waktu yang kamu buang Cuma demi aku, terimakasih semua atas kepercayaan kamu untukku, aku bener-bener bersyukur banget punya kamu and i thankyou so much to Allah that Allah gave you to me. You are the only thing that i got the most.
Aku memang gak sempurna, tapi berkat kesetiaan, kepercayaan dan rasa cinta kamu yang tulus yang buat aku merasa sempurna didunia ini. Belom pernah aku merasa sesempurna ini selama aku hidup 19 tahun. Aku menemukan orang yang tepat dalam hidupku. I got it! Finnaly i found someone! Someone is you.
Aku emang gak bisa ngasih jaminan ke kamu, aku belum bisa ngasih kebahagiaan yang udah kamu kasih ke aku, aku belum bisa menerima kamu seutuhnya karena aku masih banyak kekurangan dan aku juga gak bisa ngasih janji ke kamu, tapi yang aku tau selama aku hidup, selama aku masih bisa bernafas dan ngjalanin semuanya, aku selalu sayang dan cinta sama kamu sampai kapanpun. Aku emang gak bisa berbuat banyak buat kamu, aku gak bisa memainkan kata-kata yang buat kamu mengerti betapa besarnya rasa sayang dan cintaku ke kamu, aku hanya mau kamu, cukup dengan kamu seorang, gak ada yang lain. Happy anniversarry 3month dear, I Love You
Sabtu, 19 November 2011
Brian Mcknight - Back at One
It’s undeniable that we should be together
It’s unbelievable, how I used to say that I’d fall never
The basis is need to know
If you just don’t know how I feel
Then let me show you that now I’m for real
If all the things in time, time will reveal
Yeah
1 - one, you’re like a dream come true
Two, just wanna be with you
Three, boy it’s plain to see
That you’re the only one for me and
Four, repeat steps one through three
Five, make you fall in love with me
If ever I believe my work is done
Then I’ll start back at one
(yeah)
It’s so incredible, the way things work themselves out
And all emotional, once you know what it’s all about, hey
And undesirable, for us to be apart
I never would’ve made it very far
’cause you know you got the keys to my heart
’cause...
Say farewell to the dark of night
I see the coming of the sun
I feel like a little child, whose life has just begun
You came and breathed new life into this lonely heart of mine
You threw out the life line
Just in the nick of time
Jumat, 18 November 2011
BBM atau koran?
Kamis, 13 Oktober 2011
me and my self
maka dari itu, aku memang sering berusaha sendiri, atau maah dibilang penyendiri dan tertutup skr ini tp ada kala nya aku merasa takut akan suatu keadaan yang akan berubah dengan tiba2 dan khawatir :( aku takut sendirian.
udah lama gak ngpost hehehe
mmm hari ini mau nulis apa yaaah? gak tau bingung
cuma mau ngeluarin unek-unek aja kali yaah, dr td pagi rasa nya pengen meledak deh gue -,-
Berawal dari bangun pagi yang dibangunin sama kris, gak masalah sih itu mah dia cuma tlp doang.
Trus pas mau brgkat kuliah, gue mesti berangkat lebih awal karna mau nganterin sepupu gue ke bank bca daerah gajah mada, kenapa jg mesti jauh2 kesana kalo cuma mau buka rekening bank?!? Yah ternyata untuk karyawan baru gramedia itu harus punya rekening bank bca dan mreka kayanya kerja sama buat bkin rekening untuk para karyawan gramedia termasuk sepupu gue itu.
Berangkat lah gue sama sepupu gue naek metromini 07, eh si abang 07 malah ngetem, mana panas gerah hadeeeeeeeh bkin bete aje dah.
nyampe lah gue dicempaka mas, dan gue jg mesti nunggu transjakarta arah pulogadung-harmoni trus lanjut kekota, untungnya gak lama2 banget lah ya gue nunggu akhirnya gue dapet tuh bus, emang gak dapet tempat duduk sih tp yaah lumayan dapet dibawah ac -,-
nyampe di harmoni udah jam 12 sedangkan gue mesti kuliah jam 1, oke masih ada sisa paling gak 45 menit buat gue ngampus, gue anterin dlu aja tuh sepupu gue ke gramedia gajah mada plus ke bank nya, sekali lg gue tekenin hari ini jakarta panasssssss, bikin cape, bawaan nya mau pulang. Selesai itu, gue tinggal aja lah sepupu gue itu, toh dia jg udah gue kasih tau pulang lewat mana dan naek apa, nyampe daerah kampus gue jam 1 pas, lagi jalan mau naek angkot lg ke kampus, dijalan panas yakan, namanya juga lg dijalan ngeri ada apa2 hp gue simpen ditas dan gue liat seperlunya gue aja, semua bbm pun gue jwb seadanya namanya jg lg dijalan, tp kayanya nih pacar gue gak ngerti kali yaah lg panas2, jalan sendirian,ngejar waktu ngampus, malah dijutekin, makin naek lah darah gue dan mendidih. oke gue harus dingin, kalo gak gue gak bisa nerima mata kuliah gue, ok gue udah relax lg, pas nyampe kampus entah kenapa itu satpam depan pintu rese banget! mendidih lg deh itu pala gue yg udah panas dr td, fine gue mending gak usah masuk kelas aja deh, udah gak mood juga, lebih baik gue pulang dan istirahat dirumah.
oke then gue pulang jam 2 krna nunggu ademan dlu diluar, cape banget hari ini gue pengen buru2 nyampe rumah aja deh tuh.
dirumah gue langsung tidur dan gak megang hp sama skali, sempet ngabarin cowo gue sih, yaudah gue tidur aja deh tuh saking capenya hari ini --" bener-bener ngerasa cape banget :(
Lagi cape malah gak bisa tidur lama2, bangun tidur lgsg makan trus mandi deh, lumayan deh segeran, dan gue siap ngjalanin buat besok. insyallah everything gonna be alright :)
Selasa, 23 Agustus 2011
Need peace place
Perasaan gue masih berantakan, mood gue juga turun naik. Gue mungkin butuh banget orang yg bisa jadi tumpuan buat gue tetap berdiri meskipun sdg jatoh, butuh waktu buat memperbaiki semuanya, butuh kekuatan buat menata lg prasaan gue. Jadi mungkin pergi hal yg gue butuhin sekarang :)
Senin, 22 Agustus 2011
Getting ready to face all the things to start something new
aaaa gak sabar mau kesukabumi :D mau liburaaaaannnnn, mau jalan-jalan dikebon teh, mau jalan-jalan di pinggir jalan tanpa ada polusi, hal hal yang kaya gitu yang gue butuhin sekarang hehehe ng-refresh pikiran dan nyari sesuatu yang gak gue dapet disini :D atau bisa jadi sebagai pelarian, lari dari apa dan siapa?? hahhaha gak lah itu gak ada hubungannya, yang jelas setelah pulang dari sukabumi i think, i can get ready to face
all the things to start something new, disana ibarat gue mau buang sial mandi kembang 7 rupa, selama 7 hari 7 malem ditambah sama potong ayam item( astagfirullah gue mau ngapain sebenernya) hahhaha gak lah ngeri bener. Pokoknya pulang kesini akan ada eri yang baru heheheeheh
22 Agustus 2011
Harus sampai dsini *kaya lagu -_-"*
Semuanya selesai, gak akan ada lagi galau galau gak jelas, uring-uringan tp yg diuringin gak pernah mikirin *ngenes banget* bukannya gak mau sabar looh tapi kalo ditanya "lo gak nyaman begini?" siapapun orangnya pasti gak akan ada yang nyaman laaah, sok elo tanya sama yang udah expert, mreka gak gitu2 banget, gak lebay juga -_-"
Udahlah kita ngawalin ini baik-baik jadi ngakhiri nya pun gue mau baik-baik juga, gue mau jaga tali silaturahmi aja, biar tetep bisa temenan, gue gak mau kaya anak bocah smp baru pertama kali pacaran, putus lgsg jd musuh -,- gak banget siih itu, sekesel-keselnya gue sama cowo, disakitin kaya gimanapun sama makhluk abstrak itu, gue gak akan pernah bisa marah, mungkin, tapi gak akan bisa lama, gue bukan pendendam, selama gue gak ngliat mukanya bbrp waktu yaudah sakitnya jg bakalan ilang bbrp wktu jg, but forgive doesen't mean forgotten :) itu aja intinya.
Kamis, 04 Agustus 2011
keluhan dan mengeluh
gak di isi sakit, di isi juga sakit, mau nya apa deh ini yaah? :( puasa tau lalu gak begini deh, kenapa puasa ini maag nya kambuh tiap saur sama buka puasa? -_-"
menu saur gue malem ini cuma sayur sop doang, yaah ampun gak ada rasanya -_- tp disyukuri aja masih bisa makan :) eh sama bakwan deng hehehe tuhkan ada temennya, tp gak brani makan bakwan sama sambel kacangnya -_-" sebelom makan aja perut udah sakit apa lg makan sambel bakwan yg jelas2 pedes buat perut, bukan dmulut gue, bisa nambah deh itu sakitnya. Heran deh, padahal sebelom makan udah minum obat maag, tp kenapa masih aja sakit yaah? :(
oke lah kalo udah begini, pantangan demi pantangan bakal gue laluin yg menurut gue gak bae buat perut gue aja, bodo deh yg bilang gue lebay atau manjain penyakit, gue tau apa yg menurut gue bae apa lg buat perut gue sendiri, yg punya penyakit gue, yg ngrasain sakit jg gue jd yg bisa nolong cuma diri gue sendiri *akibat diomelin 2 makhluk abstrak* hahhahahah
tapi masyallah sakitnya gak nahan boss! :'( huhuhuhu
mau sembuh......
Senin, 01 Agustus 2011
Sebuah Proses
dari atas ke bawah:
Grup terbaik 2 FTJ Jakarta Utara
"inilah proses. Lahir, muncul, Bubar, Ganti nama, Ganti naskah, Ganti personil, Amarah, kecewa, bahagia, dan suara-suara lain itu seolah mengendap dan menyatu dalam satu iringan irama... Aku percaya proses itu lahir karena aku yakin. Aku bersyukur aku tak lantas menyerah.. Keadaan sempat mematikan asaku, namun inilah misteri.. kesabaranku sekelebat berlapis. Tak tahu aku berjalan siapa yg nenuntun namun aku percaya.. Aku akan mencapai tujuan....
Aku belum puas. kemenangan piala belum menentukan kemenangan proses... Bagiku aku belum pantas bersanding dengan mereka yg hebat.. Namun Tuhan sangat baik memberiku kesempatan untuk berdiri sejajar dengan mereka di garis start yang sama.......
Selasa, 26 Juli 2011
H - 2
Senin, 25 Juli 2011
H -4
Selasa, 19 Juli 2011
harusnya pagi-pagi begini semangat yaa kekampus, tapi ini malah loyo. gak tau kenapa. Padahal masih uas loh. uas? eh iya masih uas!!! aaaaarrrggghhhhtt kapan selesainya nih uas?? i really really need vacation! sebelum puasa gue pengen liburaaan, bareng temen-temen and sahabat2 gueee :'(
yak hari ini adalah hari yang ke-6 gue uas, gak tiap hari sih uasnya, diselingi sama libur dan weekend yang seharusnya satu matkul lagi uas gue kelar tapi malah ada ujian yg ngulang untuk angkatan gue, -____- PR banget, krn uas yg ngulang itu jatoh di hari senin yg mana yg seharusnya gue pake buat libur ini malah masih kekampus ditambah gue harus berbondong2 ria sama org2 yang pergi ngantor, eh tapi gak deng ujian gue yg ngulang jadwalnya siang hehehehe..
entah apa yang ngbuat gue pengen nulis pagi-pagi begini diperjalanan menuju ke kampus, di dalem bis pula :p agak penuh sih pagi ini bisnya tp tenang aja, gue masih bisa merasakan sejuknya ac kok, wong ini bis patas. Tiap hari loh gue naek bis ini buat pulang pergi ngampus *gak ada yang nanya* selain udah biasa, walaupun kadang bisnya suka penuh tapi namanya bisa ac gak bakal panas dan kringetan krna desek-desekan, ini mah udah jadi resiko sbagai mahasiswa tingkat 2 yang kemana-mana masih naek kendaraan umum, yaah kalau pun bawa mobil sendiri itu pun sebut saja keberuntungan hehehehe
sejak smster 2 lalu gue udah pewe naek ini kekampus dibandingkan naek busway, yaa kadang2 si naek busway jg hehehe
tp gue lebih enak naik bis secara tgl nunggu, naek, jalan, turun deh gak kaya busway yang harus transit di shelter2 bikin rempong, udah gitu dibusway gak bisa liat banyak pengamen, kalo di bis pasti suka ada pengamen yang turun naek, cth nya kalo udah masuk daerah slipi dan palmerah, walaupun ini bisa ac jangan disangka pengamen dan penjual gak bisa masuk, ini bus umum bung siapapun boleh naik :D eh ngomong-ngomong soal pengamen ada tuh pengamen kesukaan gue, cowo si gue suka suara nya :D serak-serak banjir gimana gitu, pertama kali dy nyanyi, dy nyanyiin lagu nya westlife-if i let you go. aaaiiihh matee itu lagu kesukaan gue banget,gue suka boy band itu dan suka semua lagunya mreka, apa lg judulnya if i let you go. itu lagu terkenal abis waktu gue masih SD ampe skr gue suka banget sama lagu itu. pas disitu gue jd suka dengerin dy nyanyi geng, suaranya dy kalo dy nyanyi bikin gue semangat walaupun kadang tang dnyanyiin lagunya yang mellow-mellow jg hahaha tp gue cukup menikmati aja kok hehehehe kayanya si si cowo umur 20-an gak beda jauh sama abang-abang gue, pengamen bis-bis yg ciri khasnya memakai baju putih setiap gue ketemu dan satu bisa sama dy, dy ngamen gue duduk manis nunggu turun dr bis :p
dan hari ini dy gak ada, lg pula ini bis agak penuh jd agak susah kalopun mau ngamen.
eh udah mau nyampe aja gue ditempat gue turun bis. oke deh cukup sekian cerita gue pagi ini :D bye...
Sabtu, 16 Juli 2011
from sweetest with love :*
Jumat, 15 Juli 2011
LABIL
ini tuh apa sih?
Senin, 11 Juli 2011
iseng kelewat iseng
cerita singkat nan abstrak
papa: "ma, itu apaan sih si boyband kaya gitu yah. klemar klemer kaya banci semua"
mama: " iya pa apaan sih itu. apalagi yang itu tuh(sambil nunjuk-nunjuk salah satu personil)
Gue yang mendengar itu langsung panas kuping nya, dan mengambil handphone untuk curhat sama si sule ini.
Minggu, 10 Juli 2011
welcome final exam!!
Jumat, 08 Juli 2011
Tolong yang baca kasih judul
Rabu, 06 Juli 2011
es campur(yang aus..yang aus..yang aus) --"
Senin, 04 Juli 2011
As sweet as sweetest
Gak Penting :|
suka banget sama cahayanya walaupun mungkin agak berlebihan iso nya :p maklum amatir hehehe..
Jumat, 01 Juli 2011
"WONDERLAND"